BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pekerja adalah aset utama perusahaan tinggi rendahnya output yang
dihasilkan baik berupa barang ataupun jasa semuanya tergantung dari
produktivitas pekerjanya apakah produktivitasnya tinggi ataukah
produktivitasnya rendah sedangkan baik buruknya produk yang dihasilkan
tergantung dari pada kualitas pekerja di suatu perusahaan tersebut sehingga
untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi dan produk yang berkualitas maka
kesehatan pekerja sangat penting untuk diperhatikan. Oleh karna itu masalah gizi yang tidak seimbang pada pekerja seperti Kurang Energi Protein
(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan
Anemia Gizi Besi. Mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah
Khusus untuk masalah Kurang
Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang atau yang sering
ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk terutama pada anak balita, masih
merupakan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh pemerintah,
walaupun penyebab gizi buruk itu sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu
kurangnya intake (konsumsi) makanan terhadap kebutuhan makan seseorang, namun
tidak demikian oleh pemerintah dan masyarakat karena masalah gizi buruk
adalah masalah ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, tetapi anehnya
didaearah-daearah yang telah swasembada pangan bahkan telah terdistribusi merata sampai ketingkat rumah tangga
(misalnya program raskin), masih sering ditemukan kasus gizi buruk, padahal
sebelum gizi buruk ini terjadi, telah melewati beberapa tahapan yang dimulai dari
penurunan berat badan dari berat badan ideal
seorang anak sampai akhirnya terlihat anak tersebut sangat buruk (gizi
buruk).
1.2, Rumusan masalah
1.
Pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan Kekurangan Energi
Protein (KEP) pada
pekerja
2.
Pembahasan mengenai Kekurangan Vitamin A
(KVA) pada pekerja
3.
Pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan Kekurangan Yodium (GAKY) pada pekerja
4.
Pengertian mengenai ANGI (Anemia gizi) penyebab dan pencegahannya
1.3, Tujuan penulisan
1.
Untuk mengetahui definisi dari Kekurangan Energi Protein (KEP)
2.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kekurangan Vitamin A (KVA) pada pekerja
3.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kekurangan Yodium (GAKY) pada pekerja
4.
Untuk mengetahui penyertian dari
ANGI,apa penyebabnya, dan bagaimana cara penularannya
BAB II
LANDASAN TEORI
Pekerja adalah aset utama perusahaan tinggi rendahnya output yang
dihasilkan baik berupa barang ataupun jasa semuanya tergantung dari produktivitas
pekerjanya apakah produktivitasnya tinggi ataukah produktivitasnya rendah
sedangkan baik buruknya produk yang dihasilkan tergantung dari pada kualitas
pekerja di suatu perusahaan tersebut sehingga untuk menghasilkan produktivitas
yang tinggi dan produk yang berkualitas maka kesehatan pekerja sangat penting
untuk diperhatikan.
Kesehatan pekerja berdampak pada produktivitas kerja maka dari itu
perusahaan harus memelihara kesehatan pekerja dari beberapa kasus kesehatan
seperti berikut :
1. Kekurangan
Energi Protein (KEP) pada Pekerja
2. Kekurangan
Vitamin A (KVA) pada pekerja
3. Kekurangan Yodium (GAKY) pada
pekerja
Setiap perusahaan tentunya menginginkan pekerjanya selalu senantiasa dalam
keadaan sehat dan hal-hal diatas perlu dicegah sehingga nantinya tidak
mengganggu stabilitas perusahaan dikarenakan produktivitas perkerja yang
menurun.
Masalah kesehatan pekerja adalah tanggung jawab dari perusahaan yang telah
diatur dalam undang-undang Departemen Tenaga Kerja No.01/MEN/1970 tentang upaya
pemeliharaan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Sedangkan modal utama
pelaksanaan pemeliharaan kesehatan pekerja diperusahaan adalah komitmen dari
pengusaha untuk melaksanakan peraturan ditetapkan.
Upaya-upaya pemeliharaan kesehatan pekerja terus dilaksanakan oleh
perusahaan guna menjaga pekerja agar selalu dalam kondisi yang sehat dan
maksimal sehingga tidak akan mengganggu produktivitas kerja yang akhirnya
berdampak pada perkembangan perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN
I. Kekurangan Energi Protein (KEP) pada pekerja
KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan
karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini
terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada
defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP
masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya
penurunan prevalensi KEP.
Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmic
Kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. Marasmus disebabkan
karena kurang energi dan Manismic Kwashiorkor disebabkan karena kurang energi
dan protein. Gejalanya hepatomegali (hati membesar). Tanda-tanda yang mengalami
Kwashiorkor adalah badan gemuk berisi cairan, depigmentasi kulit, rambut jagung
dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda yang mengalami Marasmus adalah badan
kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit.
Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang
kurang dalam jangka waktu yang lama. KEP timbul pada anggota keluarga
rumahtangga miskin olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata
pencaharian. Bentuk berat dari KEP di beberapa daerah di Jawa pernah dikenal
sebagai penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem).
Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan kelaparan merupakan salah satu
masalah pokok yang dihadapi terutama pada daerah dengan tingkat ekonomi rendah
I.1 Analisis terhadap prevalensi KEP
pada pekerja di perusahaan
Pada tingkat makro, besar dan luasnya masalah KEP sangat
erat kaitannya dengan keadaan ekonomi secara keseluruhan. Anggota rumahtangga
dari kelompok rawan ekonomi yang memberikan gambaran ketersediaan pangan dan
rentang biologis beresiko KEP. Pada tingkat mikro (rumahtangga/individu),
tingkat kesehatan, penyakit infeksi, yang juga menggambarkan situasi lingkungan
merupakan faktor penentu KEP.
Beberapa faktor penting yang diduga menjadi penyebab
timnulnya KEP pada pekerja disuatu perusahaan :
1. Tingkat upah kerja,
Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor yang
menentukan konsumsi makan pekerja dan keluarga. Sudah tentu pekerja dengan
penghasilan rendah akan berpotensi lebih besar terkena KEP dari pada pekerja
dengan penghasilan tinggi karena penghasilan mempengaruhi kualitas pangan yang
di beli.
2. Penyediaan makanan oleh
perusahaan
Penyediaan makanan bagi pekerja juga merupakan faktor
yang menyebabkan tinggi rendahnya kasus KEP didalam suatu perusahaan.
Perusahaan harus memperhatikan kandungan protein dalam makanan yang disediakan
3. Pelayanan dari pemerintah
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya pelayanan
kesehatan, air bersih, sanitasi, dan pelayanan sosial lainnya. Memadai atau
tidaknya pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin tergantung pada
anggaran pemerintah yang disediakan untuk pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial lainnya. Dalam keadaan ekonomi sulit, pemerintah cenderung mengadakan
penghematan yang tidak jarang mempengaruhi penyediaan anggaran untuk bidang
sosial.
4. Harga pangan
Disamping itu konsumsi makan keluarga juga dipengaruhi
oleh harga pangan dan harga bukan pangan. Rumahtangga berpendapatan rendah
60-80% dari pendapatannya dibelanjakan untuk makan. Harga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pendapatan riil rumahtangga, sedangkan pendapatan riil
rumahtangga disamping ditentukan oleh tingkat harga juga oleh jumlah pendapatan
nominal, sementara tingkat barga ditentukan, oleh tingkat inflasi dan harga
relatif antar berbagai barang dan jasa
I.2 Analisis Dampak KEP
Manifestasi KEP tercermin dalam bentuk fisik tubuh yang
apabila diukur secara Anthropometri (TB/U, BB/U, BB/TB) kurang dari nilai baku
yang dianjurkan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEP merupakan
salah satu bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak bagi produktifitas pekerja,
dampak KEP antara lain :
1. Menurunkan mutu fisik dan
intelektual
Sebagai dampak dari kekurangan energi protein menyebabkan
mutu fisik dan intelektual sehingga seorang pekerja yang mengalami KEP tidak
akan maksimal dalam melakukan pekerjaannya karena kondisi fisik dan
intelektualnya tidak dalam kondisi yang baik dan akan dapat menurunkan
produktivitas kerjanya.
2. Serta menurunkan daya tahan
tubuh
Pada perkerja yang mengalami KEP daya tahannya akan turun
sehingga akan rentan pada penyakit-penyakit yang ada dilingkungan kerja.
Sehingga tidak membutuhkan paparan yang melebihi nilai ambang batas untuk
membuat pekerja menjadi sakit jika pekerja tersebut terkena KEP. Dan tentunya
ini sangat merugikan bagi perusahaan.
3. Meningkatnya resiko kesakitan dan kematian
Dampak
yang satu ini merupakan juga akibat berkelanjutan dari turunya daya tahan tubuh
pekerja sehingga akan sengat merugikan bagi perusahaan.
I.3 Pengendalian KEP pada pekerja di perusahaan
Pada
dasarnya peningkatan ekonomi merupakan hal dasar daripada penanggulangan dari
pada KEP ini karena tingkat ekonomi yang rendah merupakan faktor yang tidak
dapat dihiraukan. Beberapa program yang mungkin dilaksanakan untuk
menanggulangi KEP pada pekerja di perusahaan antara lain :
a.
Peningkatan tunjangan oleh perusahaan
Dengan
meningkatkan penghasilan dan tunjangan di perusahaan akan meingkatkan taraf
ekonomi pekerja sehingga kejadian KEP akan menurun pada pekerja dan akan
menyebabkam peningkatan produktivitas
b.
Penyediaan Makanan sehat oleh perusahaan
Tidak
hanya menyediakan kantin atau tempat makan di perusahaan tapi juga menyediakan
katering untuk makan karyawan yang sesuai dengan kriteria makanan sehat kaya
protein sehingga kasus KEP di perusahaan diharapkan dapat menurun.
c.
Menyediakan sarana dan prasarana Kesehatan di perusahaan
Selain
usaha preventif seperti diatas usaha rehabilitatif juga perlu dilakukan dengan
menyediakan poliklinik atau rumah sakit diperusahaan juga merupakan usaha yang
perlu dilakukan untuk menurunkan angka kejadian KEP di perusahaan.
d.
Monitoring pada pekerja
Pengawasan
secara continues sangat diperlukan untuk untuk mengendalikan kejadian KEP.
Pengawasan seperti ini dapat dilakukan oleh ahli K3 di perusahaan.
II Kekurangan
Vitamin A (KVA) pada pekerja
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak tapi tidak di dalam air,
Viatamin A diproduksi oleh 2 senyawa yang oleh tubuh di ubah menjadi vitamin.
Vitamin A yang berasal dari hewani (provitamin A) tersedia dalam bentuk
retinol. Sedangkan yang berasal dari nabati tersedia dalam bentuk β-karoten.
β-karoten yang kita konsumsi pada usus halus diubah menjadi vitamin A.
Retinol lebih efisien dalam memproduksi vitamin A dibandingkan dengan
β-karoten. Para ahli menyarankan vitamin A diberikan dalam bentuk retinol pada
ekivalen, yaitu pada pria sebesar 1000 mikrogram RE perhari dan pada wanita 800
mikrogram RE perhari.
Fungsi vitamin A dalam tubuh. Vitamin A adalah zat besi mikro yang
berfungsi untuk :
a.
Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Memelihara
kesehatan mata, memelihara sel kornea dan epitel
c. Membantu
pertumbuhan, reproduksi gizi dan tulang
d. Membantu
dalam pembentukan dan pengaturan hormon
e. Membantu
melindungi tubuh dari sel-sel kanker.
Vitamin A berperan sebagai hormon yang mempengaruhi diferensiasi (pembagian
fungsi) sel dalam proses pematangan sel sehingga mampu mencegah pematangan sel.
II.1 Analisis penyebab kekurangan Vitamin A di perusahaan
Kurangnya mengkonsumsi Makanan kaya retinol dan β-karoten merupakan
penyebab primer dari pada KVA pada pekerja ini dapat diakibatkan karena :
1. Penyediaan makanan oleh
perusahaan kurang nilai gizi
Penyediaan makanan yang tidak memperhatikan nilai gizi sehingga tidak
memperhatikan kandungan vitamin A dalam makanan yang disediakan perusahaan.
2. Pendapatan yang rendah
Pendapatan yang rendah menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya daya
beli terhadap pangan sehingga nilai-nilai sangat tidak diperhatikan.
Adapula penyebab sekunder dari kasus KVA pada pekerja yaitu adanya
kegagalan penyerapan lemak di usus. Gangguan yang demikian dapat terjadi pada
penderita gangguan pankreas, defesiensi selenium, serta seseorang yang
melakukan diet rendah lemak.
II.2 Analisis dampak kekurangan Vitamin A pada pekerja
Akibat kekurangan viatamin A biasanya disertai dengan kekurangan protein
dan mineral seng yang dapat mengakibatkan konsekuensi yang serius. Gejala
kekurangan vitmain A adalah terjadinya kebutaan dimalam hari bila hal ini
dibiarkan akan menyebabkan menurunnya kualitas pengelihatan yang akhirnya dapat
menimbulkan kebutaan.
Akibat dari
kekurangan vitamin A :
1. Terhambatnya pertumbuhan tulang yang terhambat dan dapat menyebabkan
perubahan bentuk tulang. Pada pekerja yang masih muda tentunya akan sangat
mengganggu pertumbuhannya.
2. Dapat mengakibatkan kerusakan pada gigi dan terhentinya pertumbuhan
sel-sel pembentuk gigi.
3. Mempengaruhi sistem tulang dan syaraf sehingga dapat mengakibatkan
kelumpuhan.
4. Anemia adalah salah satu akibat dari kekurangan vitamin A. Tentunya akan
sangat merugikan bagi perusahaan jika pekerjanya tidak dalam keadaan maksimal
dalam melakukan pekerjaannya
II.3 Pengendalian KVA pada pekerja
Adanya komitmen dari perusahaan dalam menjaga kesehatan pekerja merupakan
modal utama terjaminnya kesehatan para pekerja tersebut termasuk dengan
pengendalian kasus KVA pada pekerja. Program yang perlu dilaksanakan untuk
mencegah KVA adalah :
1. Penyelenggaraan makanan
sehat oleh perusahaan
Salah satu sumber vitamin A yang besar adalah retinol yang berasal dari
hewani penyediaan makanan yang syarat sunber vitamin A hewani adalah upaya yang
bagus untuk mencegah KVA pada pekerja.
2. Penyediaan Suplemen vitamin
A
Untuk
mencukupi kebutuhan akan vitamin A pekerja tidak hanya melalui penyediaan
asupan makanan kaya retinol tetapi juga dapat melalui suplemen vitamin A yang
akan dapat mencukupi kebutuhan vitamin A.
3. Penyediaan layanan
kesehatan
Upaya
rehabilitatif juga diperlukan dalam upaya pengendalian KVA di tempat kerja
karena merupakan hak pekerja dalam mendapatkan perlindungan kesehatan
III. Kekurangan Yodium (GAKY) pada Pekerja
Penyakit ini bisa disebut defisiensi yodium atau
kekurangan yodium. Penyakit ini sangat sedikit diketahui oleh masyarakat dan
mungkin masih merupakan problem yang ditelantarkan. Pada prinsipnya kekurangan
yodium tergantung dari jumlah yodium yang terdapat dalam makanannya
Kebutuhan
yodium pada pekerja adalah :
1. 150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun)
2. 200 mikrogram untuk ibu hamil dan menyusui
Pada ibu hamil dam menyusui menbutuhkan yodium yang
lebih tinggi dari pekerja normal sehingga pekerja yang hamil dan meyusui akan
lebih berpotensi terkena GAKY.
III.1 Analisis penyebab GAKY pada pekerja
Banyak
hal yang menyebabkan seorang pekerja terkena GAKY antara lain :
a. Jenis
makanan yang dikonsumsi
Pemberian makanan oleh perusahaan terkadang tidak memperhatikan
kandungan yodium yang terdapat pada makanan tersebut sehingga pekerja akan
rawan terkena GAKY.
b.
Kondisi Fisik
Pekerja hamil dan menyusui membutuhkan asupan gizi
yang lebih banyak sehingga perlunya asupan yodium lebih yang harus disediakan oleh
perusahaan.
c.
Kondisi lingkungan
Pada pekerja yang bekerja di area pegunungan terutama
pekerja tambang ini lebih rentan terhadap GAKY karena kandungan yodium yang
terdapat pada air dan garam yang berada di daerah tersebut sangatlah rendah
III. 2 Analisis dampak GAKY pada pekerja
Pada orang dewasa terutama pekerja, dapat terjadi gondok
dengan segala komplikasinya, yang sering terjadi adalah hipotiroidisme, bodoh,
dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul pada kelenjar tiroid yang
berfungsi autonom. Disamping efek tersebut, peningkatan ambilan kelenjar tiroid
yang disebabkan oleh kekurangan yodium meningkatkan risiko terjadinya kanker
kelenjar tiroid bila terkena radiasi.
III.3 Pengendalian GAKY diperusahaan
Pemecahan
masalah sebenarnya sangat sederhana antara lain ,:
1. berikan satu sendok yodium pada setiap orang yang
membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan oleh tubuh
dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus
berlangsung terus menerus.
2. Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan
hasil panen serta rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya
untuk dikonsumsi oleh pekerja setempat, maka suplementasi dan fortifikasi
yodium yang diberikan terus menerus sangat tinggi angka keberhasilannya
3. Penyuluhan kesehatan secara berkala pada pekerja perlu
dilakukan, demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan
tentunya juga diberikan tambahan pengetahuan dari tenaga kesehatan dari
perusahaan setempat.
4. Pelayanan kesehatan juga diperlukan sebagai upaya
rehabilitatif pada pekerja yang terkena GAKY sehingga pekerja mendapat
perlindungan kesehatan.
IV. Anemia gizi besi (ANGI) pada pekerja
Anemia Karena Kekurangan Zat Besi adalah suatu keadaan
dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen)
dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat
besi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Yang
paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat; tetapi tubuh juga
memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan
hormon, terutama eritropoietin (hormon yang merangsang pembentukan sel darah
merah).
Tanpa zat gizi dan hormon tersebut, pembentukan sel darah
merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki
kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya.
Penyakit kronik juga bisa menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah merah.
Asupan normal zat besi biasanya tidak dapat menggantikan
kehilangan zat besi karena perdarahan kronik dan tubuh hanya memiliki sejumlah
kecil cadangan zat besi. Sebagai akibatnya, kehilangan zat besi harus digantikan
dengan tambahan zat besi.
Makanan rata-rata mengandung sekitar 6 mgram zat besi
setiap 1.000 kalori, sehingga rata-rata orang mengkonsumsi zat besi sekitar
10-12 mgram/hari.
Sumber
yang paling baik adalah daging. Serat sayuran, fosfat, kulit padi (bekatul) dan
antasid mengurangi penyerapan zat besi dengan cara mengikatnya. Vitamin C merupakan
satu-satunya unsur makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Tubuh
menyerap sekitar 1-2 mgram zat besi dari makanan setiap harinya, yang secara
kasar sama degnan jumlah zat besi yang dibuang dari tubuh setiap harinya
IV.1 Analisis penyebab Anemia pada pekerja
Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara
bertahap, melalui beberapa stadium. Gejalanya baru timbul pada stadium lanjut.
·
Stadium 1.
Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga
menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin
(protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.
· Stadium 2.
Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi
kebutuhan untuk pembentukan se darah merah, sehingga sel darah merah yang
dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.
·
Stadium 3.
Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah
merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar hemoglobin dan
hematokrit menurun.
·
Stadium 4.
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat
besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan
ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan
zat besi.
·
Stadium 5.
Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan
anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan
gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.
Ø
Sedangkan penyebabnya antara lain
:
Tubuh
mendaur ulang zat besi, yaitu ketika sel darah merah mati, zat besi di dalamnya
dikembalikan ke sumsum tulang untuk digunakan kembali oleh sel darah merah yang
baru. Tubuh kehilangan sejumlah besar zat besi hanya ketika sel darah merah
hilang karena perdarahan dan menyebabkan kekurangan zat besi.
Diperusahaan
banyak hal yang menyebabkan terjadinya kasus anemia
1. Jenis
Makanan yang disediakan perusahaan kurang zat besi
Makanan yang kurang zat besi merupakan salah satu
penyebab terbanyak dari anemia.
2.
Pendarahan pada pekerja
Satu-satunya penyebab kekurangan zat besi pada dewasa
adalah perdarahan. Dapat terjadi akibat luka yang disebabkan kecelakaan
diperusahaan juga karena penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan
pendarahan.
3. Pasca
menopause pada pria dan wanita
Kekurangan zat besi biasanya menunjukkan adanya
perdarahan pada saluran pencernaan.
4. Wanita
pre-menopause
kekurangn zat besi bisa disebabkan oleh perdarahan
menstruasi bulanan. Sehinggga pada umumnya kasus anemia yang terdapat diperusahaan penderitanya
adalah wanita
IV.3 Pengendalian Anemia di perusahaan
Beberapa pengendalian yang harus diterapkan diperusahaan
untuk mengurangi kejadian anemia diperusahaan antara lain :
a.
Peningkatan mutu pangan yang disediakan perusahaan
Lebih banyak mengkonsumsi daging, hati dan kuning telur;
juga tepung, roti dan gandum yang telah diperkaya dengan zat besi pada pekerja
sehingga meminimalkan kejadian anemia di perisahaan.
b.
Mengendalikan perdarahan menstruasi yang sangat banyak pada pekerja yang
mengalami menstruasi. Dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
obat sesuai dengan resep dokter
c. Menyediakan suplemen zat besi
Bagi pekerja wanita suplemen ini sangat di butuhkan
apalagi pada pekerja yang mengalami menstruasi yang sangat rentan terhadap penyakit
anemia.
d. Pelayanan
kesehatan
Layanan kesehatan bagi pekerja terutama wanita yang
sangat beresiko terhadap kejadian anemia ini sangat perlukan untuk
mengendalikan kejadian anemia diperusahaan.
e.
Monitoring pekerja rentan terhadap Anemia
Monitoring ini bisa ditugaskan kepada dokter perusahaan
beserta tenaga medis yang berkompetensi di bidangnya sehingga kejadian anemia
di perusahaan dapat dikendalikan