Firma keamanan McAfee mengaku telah menyingkap serangkaian serangan
cyber yang dinilai sebagai yang terbesar yang pernah ada. Sedikitnya 72
organisasi menjadi target serangan selama lima tahun belakangan.
"Tingkat serangan kali ini sama sekali berbeda dengan serangan Night Dragon yang terjadi (beberapa) tahun lalu. Waktu itu serangannya menyasar sektor tertentu, tapi kali ini sasarannya sangat luas," kata Raj Samani yang mengepalai bidang teknis McAfee di wilayah Eropa. Ia juga mengatakan bahwa serangan ini masih berlanjut.
Serangan tersebut menarget perusahaan-perusahaan besar, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), International Olympic Commitee (IOC), pemerintah sejumlah negara seperti Vietnam, Korea Selatan, Kanada, dan bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan firma-firma keamanan.
Penelitian yang dilakukan selama lima tahun belakangan melibatkan informasi dari sejumlah organisasi yang diduga menjadi korban. "Dari catatan kami, tampak arah datangnya serangan," kata Samani. "Dalam beberapa kasus, kami diizinkan untuk menyelidiki lebih dalam dan melihat apa saja yang diambil, dan dalam banyak kasus kami punya bukti bahwa ada kekayaan intelektual yang dicuri," jelasnya.
McAfee menolak menyebutkan siapa yang menurutnya harus bertanggung jawab, tapi ada spekulasi yang menyebut bahwa China adalah dalang di balik serangan-serangan tersebut. Akan tetapi, China menampik dan menyebut tuduhan tersebut sebagai tak berdasar dan tak bertanggung jawab. Sanggahan yang dimuat di People's Daily, sebuah surat kabar China, menyebut bahwa laporan McAfee hanya rekayasa agar orang-orang mau membeli produk keamanannya.
Jim Lewis, pakar internet dari Centre for Strategic and International Studies, mengatakan bahwa China sangat mungkin mendalangi semua ini karena sejumlah sasaran punya informasi yang sekiranya sangat dibutuhkan Beijing. "Semua mengarah ke China. Bisa juga Rusia, tapi lebih banyak bukti yang mengarah ke China dibanding Rusia," kata Lewis.
Namun, Graham Cluley, pakar keamanan komputer dari Sophos berkata lain. "Kita tidak bisa membuktikan bahwa dalangnya adalah China. Tapi jangan naif. Semua negara di dunia bisa saja menggunakan internet untuk memata-matai. Mudah dan murah."
Cluley mengatakan, firma-firma keamanan sering kali dikecohkan dengan aksi-aksi yang sangat blak-blakan dari aktivis online seperti LulzSec dan Anonymous, yang telah membobol sejumlah situs penting akhir-akhir ini. "Kadang tidak selalu tentang secara terang-terangan mencuri uang atau membobol data. Tapi secara diam-diam mencuri informasi, yang bisa punya nilai politik, militer atau finansial yang tinggi," kata Cluley. "Singkatnya, jangan sampai pertahanan Anda runtuh."
Sebelumnya, Google menuduh peretas China berusaha mencuri password dari ratusan akun e-mail Google, termasuk pegawai pemerintah Amerika Serikat, dan aktivis HAM dan wartawan China. Saat itu edisi luar negeri People's Daily menyerang balik dengan mengatakan bahwa Google telah menjadi "alat politik" yang dimanfaatkan untuk memfitnah pemerintah China, dan memperingatkan bahwa pernyataan tersebut bisa merusak bisnis Google.
"Tingkat serangan kali ini sama sekali berbeda dengan serangan Night Dragon yang terjadi (beberapa) tahun lalu. Waktu itu serangannya menyasar sektor tertentu, tapi kali ini sasarannya sangat luas," kata Raj Samani yang mengepalai bidang teknis McAfee di wilayah Eropa. Ia juga mengatakan bahwa serangan ini masih berlanjut.
Serangan tersebut menarget perusahaan-perusahaan besar, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), International Olympic Commitee (IOC), pemerintah sejumlah negara seperti Vietnam, Korea Selatan, Kanada, dan bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan firma-firma keamanan.
Penelitian yang dilakukan selama lima tahun belakangan melibatkan informasi dari sejumlah organisasi yang diduga menjadi korban. "Dari catatan kami, tampak arah datangnya serangan," kata Samani. "Dalam beberapa kasus, kami diizinkan untuk menyelidiki lebih dalam dan melihat apa saja yang diambil, dan dalam banyak kasus kami punya bukti bahwa ada kekayaan intelektual yang dicuri," jelasnya.
McAfee menolak menyebutkan siapa yang menurutnya harus bertanggung jawab, tapi ada spekulasi yang menyebut bahwa China adalah dalang di balik serangan-serangan tersebut. Akan tetapi, China menampik dan menyebut tuduhan tersebut sebagai tak berdasar dan tak bertanggung jawab. Sanggahan yang dimuat di People's Daily, sebuah surat kabar China, menyebut bahwa laporan McAfee hanya rekayasa agar orang-orang mau membeli produk keamanannya.
Jim Lewis, pakar internet dari Centre for Strategic and International Studies, mengatakan bahwa China sangat mungkin mendalangi semua ini karena sejumlah sasaran punya informasi yang sekiranya sangat dibutuhkan Beijing. "Semua mengarah ke China. Bisa juga Rusia, tapi lebih banyak bukti yang mengarah ke China dibanding Rusia," kata Lewis.
Namun, Graham Cluley, pakar keamanan komputer dari Sophos berkata lain. "Kita tidak bisa membuktikan bahwa dalangnya adalah China. Tapi jangan naif. Semua negara di dunia bisa saja menggunakan internet untuk memata-matai. Mudah dan murah."
Cluley mengatakan, firma-firma keamanan sering kali dikecohkan dengan aksi-aksi yang sangat blak-blakan dari aktivis online seperti LulzSec dan Anonymous, yang telah membobol sejumlah situs penting akhir-akhir ini. "Kadang tidak selalu tentang secara terang-terangan mencuri uang atau membobol data. Tapi secara diam-diam mencuri informasi, yang bisa punya nilai politik, militer atau finansial yang tinggi," kata Cluley. "Singkatnya, jangan sampai pertahanan Anda runtuh."
Sebelumnya, Google menuduh peretas China berusaha mencuri password dari ratusan akun e-mail Google, termasuk pegawai pemerintah Amerika Serikat, dan aktivis HAM dan wartawan China. Saat itu edisi luar negeri People's Daily menyerang balik dengan mengatakan bahwa Google telah menjadi "alat politik" yang dimanfaatkan untuk memfitnah pemerintah China, dan memperingatkan bahwa pernyataan tersebut bisa merusak bisnis Google.
Sumber :
http://blogcoverboy.blogspot.com/2011/08/serangan-cyber-besar-besaran-lima-tahun.html
0 komentar:
Posting Komentar